- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 2989
JAKARTA. Harga timah belum mampu bergerak banyak. Sentimen domestik Indonesia soal pengetatan ekspor timah belum mampu menggerakkan harga timah global. Di bursa London Metal Exchange (LME), harga timah untuk pengiriman tiga bulan ke depan sebesar US$ 22.500 per metrik ton, Rabu (25/6). Harga ini turun 0,33% dibanding harga sehari sebelumnya.
Padahal, mengutip Bloomberg, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan sedang mewacanakan menaikkan standar ekspor timah supaya bisa bersaing dengan bursa LME. Saat ini perdagangan timah lokal diatur lewat Bursa Derivatif dan Komoditi Indonesia (BKDI). Selain itu, awal Juni ini Gubernur Bangka Belitung, Rustam Effendi juga sempat mewacanakan pembubaran BKDI.
Analis Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono mengatakan seharusnya dua isu tersebut dapat mengangkat harga timah lantaran pasokan timah global berpotensi berkurang. “Namun investor masih melihat aturan tersebut belum begitu berpengaruh terhadap harga timah,†ujarnya.
Menurut Wahyu saat ini pergerakan harga timah masih dalam konsolidasi antara US$ 21.000 hingga US$ 24.000 per metrik ton. Wahyu menilai pergerakan harga lebih dipengaruhi oleh gerakan teknikal. Ia memprediksi harga timah akan berkisar US$ 22.200 hingga US$ 22.800 per metrik ton. Sedangkan proyeksinya sepekan ke depan antara US$ 22.400 sampai US$ 23.000 per metirk ton.
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 3463
JAKARTA. Produsen alat berat PT Sany Perkasa dengan merek mereka SANY, meluncurkan beberapa jenis excavator baru.
SANY meluncurkan beberapa jenis excavator, yaitu SY55C, SY75C, SY135C, SY205C, SY215C, SY365C, dan SY465C. Excavator itu memiliki kapasitas angkut mulai dari 5,5 ton hingga 46,5 ton.
Benny Kurniajaya, President Director PT Jakarta International Machenery Centre (Jimac) Group, mengatakan, peluncuran produk baru excavator itu dalam rangka pembangunan infrastruktur, pertambangan dan perkebunan di Indonesia.
"Salah satu keunggulan dari semua jenis excavator kami adalah garansi 1,5 tahun untuk semua tipe mulai dari garansi service, suku cadang tanpa batas waktu dan jam pemakaian," ujar Benny pada Rabu (25/6).
Ia juga mengatakan untuk excavator dengan kapasitas angkut 20 ton ke atas mendapat tambahan garansi selama 1,5 tahun lagi atau 10.000 jam untuk 10 komponen suku cadang. "Jadi kami perkuat layanan purnajual ke konsumen," ujar Benny.
Catatan saja, saat ini pemegang tunggal merek SANY dimiliki oleh Jimac, sejak tiga tahun terakhir. Dalam kurun waktu tersebut, Jimac memasarkan 600 unit alat berat SANY.
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 3061
JAKARTA. Kendati kinerja pada Januari-Mei jauh dari memuaskan, PT United Tractors Tbk (UNTR) tidak berniat merevisi target penjualan alat berat di 2014.
Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR mengatakan, volume penjualan alat berat Komatsu yang mencapai 1.901 unit di lima bulan awal sudah sesuai dengan target keseluruhan 2014.
"Kami masih targetkan tumbuh sekitar 5% pada akhir tahun," kata Sara kepada KONTAN, Rabu (25/6). Di tahun lalu, volume penjualan alat berat UNTR mencapai 4.203 unit. Artinya, UNTR tetap membidik penjualan sekitar 4.413 unit alat berat di tahun ini.
Target yang terbilang konservatif ini memang didasarkan pada belum adanya indikasi perbaikan permintaan alat berat di tahun ini. Soalnya, klien-klien utama UNTR terutama dari sektor pertambangan batubara menurunkan order alat berat lantaran masih menahan produksi.
Kondisi tersebut memaksa UNTR untuk terus melakukan efisiensi di segala bidang. UNTR, misalnya, memutuskan untuk memangkas belanja modal atau capital expenditure (capex) 2014 menjadi US$ 250 juta-US$ 300 juta.
Jumlah baru tersebut lebih rendah dari anggaran capex 2014 yang sebelumnya ditetapkan senilai US$ 300 juta-US$ 350 juta. Pemangkasan itu dilakukan lantaran UNTR memilih lebih efisien dalam melakukan ekspansi seiring masih buruknya permintaan alat berat maupun harga jual batubara.
Mayoritas capex pun akan lebih digunakan untuk menunjang kebutuhan operasional, seperti penggantian alat berat milik PT Pamapersada Nusantara (Pama), anak usaha UNTR yang bergerak di bidang usaha kontraktor pertambangan batubara.
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 3409
JAKARTA. Beleid tentang ekspor timah terus digodog. Targetnya tahun ini kebijakan tersebut sudah selesai dan dapat diimplementasikan. Dalam kebijakan yang baru nanti, akan diatur mengenai tata niaga ekspor timah dalam bentuk batangan dan non batangan.
Bayu Krisnamurthi Wakil Menteri Perdagangan mengatakan, timah bahan baku yang berbentuk ingot, bentuk batangan akan tetap mengikuti ketentuan yang sekarang ada dan harus diperdagangkan lewat bursa.
Sementara itu, untuk timah non batangan akan diatur dalam dua hal. Pertama, terdapat spek minimum yang mengikuti internasional. Kedua, harus disertai kemasan dan laberling yang sesuai dengan standar dan ketentuan kemasan.
Pengaturan ekspor timah tersebut adalah sebagai upaya agar tidak terjadi pelarian HS karena pemerintah melihat bahwa yang harusnya masuk timah batangan disebutkan sebagai timah bentuk lain sehingga terjadi lonjakan yang tidak wajar. "Akhirnya kita perketat untuk timah non batangan," kata Bayu, Selasa (24/6).
Kebijakan tata niaga ekspor timah tersebut diharapkan dapat mencegah eksploitasi berlebihan, dan menjadikan Indonesia sebagai referensi timah dunia.
Bayu menambahkan, Bursa yang dapat digunakan sebagai transaksi jual beli timah tidak akan mendiskriminasikan. Selain Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), penjualan timah dapat dilakukan lewat Bursa Berjangka Jakarta (BBJ).
Dengan kebijakan baru tersebut, diharapkan ekspor timah akan lebih tertata dengan baik. "Kita tidak membatasi, kita hanya mengatur bahwa kebijakan kita untuk hilirisasi untuk membuat yang diperdagangkan adalah barang yang legal bisa diutamakan," ujar Bayu.
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 3281
Jakarta – Sepanjang kuartal pertama tahun ini, PT Timah Tbk (TINS) mengalami penurunan penjualan logam timah menjadi 4.344 Mton dari 5.820 Mton periode serupa tahun 2013. Disebutkan, penurunan sering dengan harga jual rata-rata timah yang turun dari US$23.302 per mton kuartal pertama 2013 menjadi US$23.910 per mton. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Disebutkan, dengan penurunan penjualan tersebut. Maka laba bersih perseroan tertekan sekitar 10,02% menjadi Rp96,477 miliar dari Rp102,779 miliar. Sementara pendapatan mencapai menjadi Rp1,322 triliun dari Rp1,528 triliun. Pada periode tersebut, harga pokok pendapatan (HPP) sekitar 19,12% dari Rp1,232 triliun menjadi Rp996,743 miliar. Produksi bijih timah mencapai 6.214 ton dari 4.312 ton. Produksi logam hingga Maret 2014 mencapai 5.148 Mton.
Perseroan mencatat total aset sebesar Rp7,413 triliun. Dengan jumlah kewajiban sebesar Rp2,486 triliun. Asal tahu saja, perseroan mengeluarkan biaya eksplorasi timah bulan Mei 2014 sebesar Rp26.476.848.611 untuk operasional dan Rp58.388.272.796 untuk investasi.
Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Agung Nugroho pernah bilang, eksplorasi laut dilakukan di perairan Kundur dan Bangka serta di darat berlokasi di Bangka dan Belitung. Hasil yang didapat dari eksplorasi Mei 2014 adalah pada eksplorasi laut mendapatkan penemuan sumber daya 2.318 ton untuk inferred, 2.108 ton indicated dan 5.279 ton measured
Narasumber : neraca.co.id