Tractor-Truck.Com

Tractor-Truck Blog

This is some blog description about this site

II.10 Suku Cadang Replacement (Persamaan atau Pengganti)

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE Dalam penulisan

Share this article:

">
Continue reading
848 Hits
0 Comments

II.11 Memanfaatkan Suku Cadang dan Komponen Bekas

I.            Suku Cadang :                                  II.       Komponen :

a.    Connecting Rod                                a. Cylinder Head Assy

b.    Piston (yang masih bagus)                  b. Starting Motor

c.    Flywheel                                         c. Alternator

d.    Housing Flywheel                              d. Fuel Injection Pump

e.    Intake & Exhaust Manifold                  e. Water Pump

f.     Fan                                                f. Oil Pump

g.    Pulley                                             g. Oil Cooler

h.    Liner (yang masih bagus)                   h. Steering Pump

i.      Valve                                              i. Air Compressor

j.     Dll                                                  j. Dll

       Sebelum suku cadang dan komponen dapat dikatakan layak dipakai, maka perlu dilakukan suatu check baik secara visual maupun dengan alat bantu. Misalkan untuk suku cadang Piston secara visual, banyaknya dan kedalaman atas baret (scratch) di permukaannya. Sedangkan Starting Motor dengan melihat kondisi secara luar secara keseluruhan dan ditest dengan dihubungkan ke aki (accu / batere), maka dapat diketahui apakah dapat berfungsi secara normal. Namun untuk mengetahui kondisi beberapa suku cadang dan komponen, perlu dilakukan dan bantuan bengkel (seperti bengkel bubut, bengkel kalibrasi, dll).

       Khusus untuk komponen yang telah tidak layak dipakai atau rusak, bukan berarti langsung dibuang tetapi diusahakan apakah masih dapat diperbaiki. Misalkan Starting Motor rusak dikarenakan switch – engage rusak, maka perlu diganti saja switch – engage maka starting motor dapat berfungsi kembali normal. Jika ternyata kumparan yang di dalam staring motor terbakar, itupun masih dapat dilakukan gulung ulang kumparan tersebut d bengkel dynamo. Jadi semaksimal mungkin dilakukan perbaikan yang tentunya biayanya tidak mahal dibandingkan dengan harga komponen tersebut.

       Demikian juga suku cadang yang ada di dalam komponen yang rusak, tetap masih ada beberapa suku cadang yang masih dapat dipergunakan. Misalkan Alternator, maka ada yang masih dapat dimanfaatkan yaitu regulator IC, motor assy, pulley, fan, dll. Disinilah diperlukan sedikit pengetahuan, baik mengenai suku cadang maupun komponen. Dimana pengetahuan tersebut dapat dengan mudah untuk mendapatkan jika selalu mempelajari sedikit demi sedikit fungsi dari masing – masing suku cadang dan komponen.

       Suku cadang dan komponen sangat banyak sekali yang masih dapat dimanfaatkan walaupun kalau dilihat seperti barang yang tidak berguna lagi. Memanfaatkan suku cadang dan komponen bekas adalah salah satu usaha dalam mengendalikan biaya pemakaian suku cadang, disamping usaha – usaha yang lain. Nanti akan dibahas juga, bagaimana mengendalikan biaya pemakaian suku cadang.  

 

Ditulis oleh : Tractor-Truck.Com

 

Share this article:

">
Continue reading
829 Hits
0 Comments

II.12 Umur Suku Cadang

      Walaupun suku cadang tersebut masih baru tetapi jika sudah terlalu lama maka tetap tidak dapat dipakai, misalkan suku cadang yang mengandung karet maka akan terjadi retak – retak baik dibagian permukaan maupun sampai dengan bagian dalam. Contohnya : Seal, O-Ring, Hose, V-Belt, Gasket, dll. Perlu hati – hati dikarenakan banyak penjual / supplier yang memberikan suku cadang dengan harga murah, tetapi pada kenyataannya suku cadang tersebut tidak dapat dipakai atau kalau dipaksakan untuk dipakai maka akan pendek waktu penggantiaannya atau dapat menurunkan performance (unjuk kerja) komponen atau alat secara keseluruhan.

       Sementara ada beberapa suku cadang baru yang umurnya menjadi pendek, beberapa faktor yang dapat memperpendek umur suku cadang, antara lain :

1.    Cahaya matahari, hindari cahaya matahari langsung terkena suku cadang yang mengandung unsur karet, kertas dan plastik, suku cadang electric, dll.

2.    Air, dapat mengakibatkan karat pada bagian permukaan suku cadang dan karat juga dapat masuk kebagian dalam. Ini khususnya untuk suku cadang yang memakai unsur besi.

3.    Kelembaban berlebihan, dapat mengakibatkan pengembunan pada suku cadang yang selanjutnya mengakibatkan bercak – bercak karat pada suku cadang yang memakai unsur besi.

4.    Debu, jika dilakukan pembersihan secara berkala maka debu tidak jadi masalah. Apabila debu menebal dan lembab maka juga mengakibatkan bercak – bercak karat pada suku cadang yang memakai unsur besi.

5.    Minyak (solar, minyak tanah, minyak rem, minyak power steering, dll), oli dan gemuk (grease), ada beberapa suku cadang yang tidak boleh terkena minyak khususnya suku cadang yang mengandung unsur karet, kertas dan plastik.

6.    Cairan kimia (accu zuur, coolant, dll), baik suku cadang yang mengandung unsur karet, plastic, kertas maupun besi.

7.    Guncangan, khususnya untuk suku cadang electric harus dihindari

       Jadi perlu penyimpanan dan penataan suku cadang yang baik agar terhindar dari sesuatu yang memperpendek umur suku cadang baru. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam hal Gudang.

 

Ditulis oleh : Tractor-Truck.Com      

Share this article:

">
Continue reading
796 Hits
0 Comments

II.13 Harga Suku Cadang

       Kalau membahas “Harga” suku cadang maka beberapa faktor yang membentuk harga tersebut, yaitu :

1.    Material atas bahan suku cadang tersebut

2.    Tingkat kesulitan dan kerumitan dalam proses produksi

3.    Jumlah suku cadang tersebut sekali produksi (semakin mass production / produksi masal maka semakin murah biaya produksi)

4.    Biaya tenaga kerja di Negara asal suku cadang tersebut diproduksi

5.    Biaya transportasi atau pengiriman

6.    Pajak yang meliputi Bea Masuk dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

7.    Jumlah tingkat dari jalur distribusi

8.    Biaya Over Head meliputi biaya inventory, biaya gudang, biaya atas resiko – resiko, biaya asuransi, biaya administrasi, biaya depresiasi, biaya tenaga tidak langsung, dll

9.    Keuntungan dari masing – masing jalur distribusi

10. Dll.

       Misalkan Suku Cadang yang sama dari Pabrik pembuat yang sama, maka faktor nomor 1 sampai 5 adalah sesuatu yang tetap. Mengingat setiap pembeli yang membeli dari Pabrik langsung harus membayar dengan harga yang sama, kalaupun berbeda dikarenakan besaran “Diskon” saja tergantung besarnya jumlah pembelian. Sedangkan nomor 6 yaitu yang terkait dengan Pajak, saat ini dan kedepannya sudah hampir menjadi faktor yang tetap karena :

-      Bea Masuk untuk suku cadang sudah banyak yang mendekati 0% - 5% saja, jadi akan menurunkan sekali tingkat penyelundupan dari sebelumnya

-      Dengan pemberlakuan pajak yang semakin baik dari Dirjen Pajak, maka seluruh transaksi harus mengenakan PPN 10%

-      Adanya rencana Pasar Bebas Asean dan Asia

Misalkan dianggap dari nomor 1 sampai dengan 6 adalah sesuatu yang tetap, maka total jumlah biaya adalah A. Dari dasar total jumlah biaya A akan ditambahkan dengan faktor variabel (tidak tetap) nomor 7 sampai dengan 9.

 

      Hal yang menjadi faktor (variabel) tidak tetap yang mengakibatkan harga jual antara penjual yang berbeda adalah nomor 7 sampai 9, sedikit pembahasan yaitu :

a.    Jumlah tingkat dari jalur distribusi yaitu sama halnya “suku cadang tersebut sudah dijual dari tangan ke berapa”. Semakin banyak tingkatnya maka akan semakin mahal / tinggi harga jualnya karena setiap jalur distribusi akan membebankan biaya over head dan keuntungan. Misalkan suku cadang diproduksi pada pabrik di Negara Korea, maka aka ada jalur distribusi :

                      i.        Pada umumnya Pabrik akan menjual ke Distributor di Negara Korea

                     ii.        Distributor di Negara Korea menjual ke Distributor di Negara Singapore (karena umumnya Distributor Singapore adalah sebagai distributor yang melayani Negara Asia Tenggara dan Pasifik)

                    iii.        Distributor Singapore menjual ke Distributor Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta

                   iv.        Distributor Jakarta akan menjual ke Distributor Cabang di daerah atau propinsi

                    v.        Distributor daerah atau propinsi menjual ke pemakai langsung.

Dari contoh di atas terdapat 5 tingkat dari jalur distribusi yang harus dilalui sebelum suku cadang tersebut sampai dengan pemakai dengan sejumlah harga yang harus dibayarkan. Jika setiap distributor / tingkat membebankan biaya overhead dan keuntungan sebesar 10% saja dari harga perolehan, maka total dengan 5 tingkat jalur distribusi sederhana saja menjadi 50%. Pemakai harus membayar A + 50% = 150%A (memakai perhitungan sederhana saja). Pada kenyataannya distributor akan membebankan lebih dari 10%, karena tidak akan cukup besaran 10 % sudah termasuk keuntungan dan membiayai overhead.

b.    Biaya Overhead untuk masing-masing perusahaan akan berbeda, baik apa saja yang termasuk biaya overhead maupun secara pola pembebanan dan perhitungannya. Semakin besar suatu perusahaan, umumnya biaya overhead yang dibebankan ke harga suku cadang juga semakin besar. Salah satu alasan adalah banyak sekali terjadi ketidak effisienan (pemborosan) disetiap lini organisasi untuk perusahaan besar yang umumnya memakai pola organisasi piramida lancip. Contoh kecil, pada waktu suku cadang datang dari luar negeri memakai packaging yang cukup bagus dan kuat, namun dengan dibuka secara sembarangan untuk mengeluarkan isinya. Pada waktu melakukan pengiriman lagi ke distributor di daerah atau propinsi maka membuat packaging baru lagi karena packaging lama tidak bisa atau tidak mau dipakai lagi. Jadi akan terjadi biaya tambahan untuk pembuatan packaging baru yang berpengaruh ke total biaya overhead. Itu hanya salah satu saja contoh kecil, masih sangat banyak lagi baik contoh kecil maupun besar kejadian pemborosan.

 

c.    Keuntungan dari masing – masing jalur distribusi, maksud disini bukan keuntungan kotor (gross profit) tetapi keuntungan besih (net profit). Mengingat didalam gross profit terkandung di dalamnya biaya overhead. Keuntungan suatu perusahaan merupakan hak dan tujuan dari setiap perusahaan yang bukan bergerak di bidang sosial. Keuntungan bersih selalu dibandingkan dengan total jumlah penjualan dan dengan modal yang dipergunakan oleh perusahaan. Perusahaan selalu menginginkan semakin besar persentasenya agar dapat tumbuh (growth) dan memberikan deviden kepada pemegang saham. Justru umumnya keuntungan kotor sering tergerus atau terkuras oleh biaya overhead yang diakibatkan oleh ketidak effisienan dalam operasional perusahaan, hal ini mengakibatkan penurunan baik persentase maupun jumlah keuntungan perusahaan. Banyak perusahaan agar keuntungan bersih tidak turun atau minimal tetap atau naik baik secara jumlah maupun persentase, maka menaikkan jumlah maupun persentase keuntungan kotor dan akan langsung berdampak dengan naiknya harga jual suku cadang.

 

       Dapat disimpulkan bahwa untuk barang yang sama dengan pabrik pembuat yang sama, harga jual dari beberapa penjual akan berbeda – beda tergantung dengan jumlah tingkat jalur distribusi, biaya overhead (tingkat effisiensi) dan keuntungan yang ingin didapat oleh penjual. Hindari pembeli untuk membayar mahal harga suku cadang dikarenakan mata rantai jalur distribusi yang panjang dan ketidak effisienan dari perusahaan penjual / distributor. Dalam hal ini dibutuhkan orang yang dibagian pembelian yang handal agar membeli suku cadang dengan harga sesuai dengan kualitas yang didapat. Maka perlu menjadi pertimbangan atas komentar dari banyak kalangan pembeli dan pemakai suku cadang, “……. Kalau beli suku cadang fast moving dan medium moving jangan di distributor karena mahal, tetapi membeli barang yang slow moving di distributor karena di penjual non distributor jarang ada stock-nya ….” .

 

Ditulis oleh : Tractor-Truck.Com

Share this article:

">
Continue reading
760 Hits
0 Comments

II.14 Biaya Pemakaian Suku Cadang Meledak

       Stop saling menyalahkan !. Sekarang diurai dan dirunut, mengapa biaya pemakaian suku cadang meledak ? Akan banyak bagian ataupun orang yang terlibat dan berkonstribusi yang mengakibatkan kejadian tersebut, antara lain :

1.    Operator / supir dari alat berat atau truk, karena mereka dapat mengakibatkan kerusakan yang mengakibatkan banyak pemakaian suku cadang. Sangat banyak sekali kejadian operator melakukan mis-operation (salah dalam pengoperasian) dan mis-application (salah dalam pengaplikasian), contoh operator excavator sewaktu jam makan siang untuk makan ke mess / kantin makan menggunakan excavator padahal excavator tersebut tidak diperuntukkan kerja dengan kondisi banyak berjalan. Sang operator tidak menyadari bahwa excavator yang dipakai untuk makan siang harganya lebih mahal dari mobil Mercedes Benz, sementara atasan / bos / pemilik saja belum tentu memakai mobil jenis tersebut. Excavator dalam berjalan menggunakan travel motor (final drive) yang digerakkan oleh hydraulic (oli). Jika sering dipergunakan untuk travelling (jalan) akan mempercepat baik keausan maupun kerusakan suku cadang bagian dalam travel motor.

 

2.    Mekanik, karena mereka dapat melakukan mis-maintenance (kesalahan dalam melakukan pemeliharaan) dan mis-repair (kesalahan dalam melakukan perbaikan). Sering kali terjadi agar alat berat atau truk pada saat rusak, oleh mekanik “…. coba diakal – akalin agar dapat cepat operasi lagi….”, tetapi pada kenyataan tindakan tersebut akan berakibat terjadi kerusakan yang banyak membutuhkan suku cadang. Juga mekanik yang hanya menjadi tukang ganti saja, tanpa menganalisa mengapa kerusakan tersebut dapat atau sering terjadi. Umumnya mekanik hanya dituntut agar alat berat atau truk cepat / segera beroperasi kembali, jadi menjalankan sistem break down maintenance (pemeliharaan dilakukan pada saat terjadi kerusakan) bukan schedule maintenance (pemeliharaan dilakukan secara terjadwal / terencana).

 

3.    Bagian pengelolaan atau pembelian, untuk menekan biaya pemakaian suku cadang agar tidak meledak maka dalam melakukan pembelian suku cadang hanya mempertimbangkan harga yang paling murah saja. Tanpa mempertimbangkan fungsi, kualitas, posisi suku cadang, apakah wajar suku cadang tersebut diganti, dll. Mekanik hanya melakukan pemasangan saja atas suku cadang yang sudah dibeli, disebabkan mekanik merasa tidak diikut sertakan dalam pemilihan suku cadang. Contoh, sewaktu dilakukan penggantian Ring Piston yang ada di Engine dengan suku cadang kualitas rendah / imitasi karena harganya murah, maka dapat mengakibatkan keausan yang cepat pada Ring Piston tersebut atau dapat mengakibatkan baret (scratch) pada Liner. Hal ini akan berdampak pada performance (unjuk kerja) dari alat berat dan truk.

 

4.    Bagian keuangan, yang hanya concern terhadap budget dan penurunan biaya saja. Berusaha selalu menekan bukan mengendalikan biaya pemakaian suku cadang padahal alat berat atau truk yang umurnya semakin lama akan membutuhkan suku cadang penggantian lebih banyak dibandingkan masih dalam kondisi baru. Belum lagi jika suku cadang untuk pemeliharaan rutin juga budget-nya ditekan, maka tinggal menunggu bom biaya pemakaian suku cadang meledak saja.

 

5.    Bagian produksi, yang mementingkan supaya alat berat atau truk selalu beroperasi walaupun dengan performace (unjuk kerja) yang dari alat kecenderungan menurun atau apa adanya. Ini juga awal dari bencana meledaknya biaya pemakaian suku cadang serta memperpendek umur pakai alat berat atau truk. Pada umumnya bagian produksi lebih berwenang dari mekanik / pengelola alat dalam menentukan apakah alat berat atau truk boleh atau harus dihentikan operasinya, untuk dilakukan pemeliharaan atau perbaikan.     

 

6.    Bos atau pemilik, yang selalu cerewet agar alat berat atau truk harus cepat beroperasi tanpa mengindahkan kondisinya dan marah – marah jika banyak melakukan pembelian suku cadang walaupun sebenarnya jelas – jelas dibutuhkan. Umumnya hanya mengejar target produksi, berapa keuntungan yang didapat serta tingkat pengembalian modal saja.

 

       Dari penjelasan di atas jelas sekali banyak pihak yang berkonstribusi atas kejadian biaya pemakaian suku cadang meledak. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengendalikan biaya pemakaian suku cadang, yaitu :

1.    Membuat buku riwayat setiap alat yang berisikan yang mencakup hal pemeliharaan, kerusakan, pemakaian suku cadang, kondisi hasil penge-chek-an, dll (hal ini akan dibahas tersendiri).

2.    Melakukan pembenahan organisasi perusahaan yang terstruktur melalui, antara lain :

a.    Pembahasan yang terjadwal antar bagian dalam rangka membahas masalah dan aktivitas perbaikan yang harus dilakukan.

b.    Mengevaluasi atas kompetensi dari setiap bagian / orang, selanjutnya dievaluasi peningkatan kompetensi baik dengan pelatihan (training) secara internal maupun eksternal.

c.    Membuat Uraian Kerja (Job Description) dan KPI (Key Performance Indicator / Kunci Indikator Unjuk Kerja) yang harus dicapai.

d.    Memberikan suatu kewenangan dan tanggung jawab yang tidak hanya pada setiap bagian tetapi lintas bagian tentunya harus mempunyai komandan yang jelas

e.    Dll (Hal ini akan dibahas lebih lanjut mengenai organisasi)

3.    Membuat semua bagian / orang berpikir untuk berusaha mencari solusi penyelesaian dari pada membuang energi dan pikiran mencari pihak yang melakukan salah, tentunya yang melakukan kesalahan harus menyadari serta membuat langkah – langkah perbaikan.

4.    Dll.

       Salah satu contoh kecil tetapi berakibat fatal dan ini hanya sebagai pelajaran agar jangan mengalami hal ini :

-      Operator alat berat atau truk berpikir bahwa hanya bertugas untuk mengoperasikan saja dan melakukan pemeliharaan asal saja. Contohnya membersihkan Air Filter (Filter Udara). Operator melakukan pembersihan dengan angin dari kompresor tetapi tidak terjadwal.

-      Mekanik berpikir hanya melakukan tugas perbaikan kalau terjadi kerusakan saja, serta selalu sibuk menangani perbaikan yang setiap hari terjadi. Tugas membersihkan Air Filter adalah tugas dari operator.

-      Air Filter harusnya boleh dilakukan pembersihan hanya beberapa kali saja, memang periode penggantian Inner (Air Filter) jika Outer (Air Filter) sudah 2 kali ganti. Biasanya harusnya sudah dilakukan penggantian tetapi tidak dilakukan penggantian dan hanya selalu dibersihkan saja.

-      Debu dan kotoran kecil maka akan masuk ke ruang pembakaran dan akan menimbulkan garet (scratch) pada dinding liner yang bergesekan dengan ring piston.

-      Dampaknya oli akan naik dan ikut terbakar, yang mengakibatkan oli akan selalu berkurang.

-      Oli berkurang akan semakin cepat jika debu dan kotoran selalu masuk serta akan menumpuk di ruang pembakaran. Mengakibatkan garet akan semakin dalam dan semakin banyak.

-      Mengingat mekanik selalu asyik dengan tugas perbaikan serta operator berpikir pemeliharaan bukan tugasnya, maka oli akan habis terbakar dan fatal adalah Engine Jammed (macet).

-      Biaya perbaikan jika Engine Jammed akan besar sekali dan sering pada akhirnya dilakukan penggantian Engine dikarenakan sudah tidak layak / ekonomis dilakukan perbaikan.

-      Jika sudah terjadi demikian bos / pemilik akan marah – marah tetapi sudah terlambat.

       Jika dibandingkan penggantian Air Filter yang terjadwal sesuai rekomendasi pabrik pembuat akan sangat murah sekali dibandingkan biaya suku cadang untuk perbaikan atau penggantian engine. Pada kenyataannya kejadian di atas sering terjadi.

 

Ditulis oleh : Tractor-Truck.Com

Share this article:

">
Continue reading
820 Hits
0 Comments
Anda disini: Home Blog / Tips Categories Suku Cadang/Spare Part