- Kategori: Suku Cadang/Spare Part
- Dibuat pada Jumat, 01 Mei 2009 19:36
- Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41
- Ditulis oleh Administrator
- Dilihat: 14776
Salah satu pertimbangan dalam pembelian suku cadang adalah harga, namun bukan satu – satunya pertimbangan sebelum memutuskan membeli. Apa kata pepatah “ ada harga ada barang “ , maksud disini barang adalah terkait dengan kualitas dari barang itu sendiri. Pembeli sering kali membeli dengan harga mahal padahal kualitasnya biasa atau rendah (Imitasi, G-Box, G-Box Rekondisi, dll), jadi tidak sesuai dengan harga yang telah dibayar. Salah satu contoh : membeli Bearing Genuine (di dalamnya Bearing tersebut Koyo) tetapi seharga Bearing FAG atau Timken, sementara kualitas Bearing FAG atau Timken berbeda dengan Koyo. Kejadian ini menuntut sebelum membeli harus yakin bahwa barang yang didapat memang seharga dengan yang dibayar.
Kalau membahas “Harga†suku cadang maka beberapa faktor yang membentuk harga tersebut, yaitu :
1. Material atas bahan suku cadang tersebut
2. Tingkat kesulitan dan kerumitan dalam proses produksi
3. Jumlah suku cadang tersebut sekali produksi (semakin mass production / produksi masal maka semakin murah biaya produksi)
4. Biaya tenaga kerja di Negara asal suku cadang tersebut diproduksi
5. Biaya transportasi atau pengiriman
6. Pajak yang meliputi Bea Masuk dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
7. Jumlah tingkat dari jalur distribusi
8. Biaya Over Head meliputi biaya inventory, biaya gudang, biaya atas resiko – resiko, biaya asuransi, biaya administrasi, biaya depresiasi, biaya tenaga tidak langsung, dll
9. Keuntungan dari masing – masing jalur distribusi
10. Dll.
Misalkan Suku Cadang yang sama dari Pabrik pembuat yang sama, maka faktor nomor 1 sampai 5 adalah sesuatu yang tetap. Mengingat setiap pembeli yang membeli dari Pabrik langsung harus membayar dengan harga yang sama, kalaupun berbeda dikarenakan besaran “Diskon†saja tergantung besarnya jumlah pembelian. Sedangkan nomor 6 yaitu yang terkait dengan Pajak, saat ini dan kedepannya sudah hampir menjadi faktor yang tetap karena :
- Bea Masuk untuk suku cadang sudah banyak yang mendekati 0% - 5% saja, jadi akan menurunkan sekali tingkat penyelundupan dari sebelumnya
- Dengan pemberlakuan pajak yang semakin baik dari Dirjen Pajak, maka seluruh transaksi harus mengenakan PPN 10%
- Adanya rencana Pasar Bebas Asean dan Asia
Misalkan dianggap dari nomor 1 sampai dengan 6 adalah sesuatu yang tetap, maka total jumlah biaya adalah A. Dari dasar total jumlah biaya A akan ditambahkan dengan faktor variabel (tidak tetap) nomor 7 sampai dengan 9.
Hal yang menjadi faktor (variabel) tidak tetap yang mengakibatkan harga jual antara penjual yang berbeda adalah nomor 7 sampai 9, sedikit pembahasan yaitu :
a. Jumlah tingkat dari jalur distribusi yaitu sama halnya “suku cadang tersebut sudah dijual dari tangan ke berapaâ€. Semakin banyak tingkatnya maka akan semakin mahal / tinggi harga jualnya karena setiap jalur distribusi akan membebankan biaya over head dan keuntungan. Misalkan suku cadang diproduksi pada pabrik di Negara Korea, maka aka ada jalur distribusi :
i. Pada umumnya Pabrik akan menjual ke Distributor di Negara Korea
ii. Distributor di Negara Korea menjual ke Distributor di Negara Singapore (karena umumnya Distributor Singapore adalah sebagai distributor yang melayani Negara Asia Tenggara dan Pasifik)
iii. Distributor Singapore menjual ke Distributor Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta
iv. Distributor Jakarta akan menjual ke Distributor Cabang di daerah atau propinsi
v. Distributor daerah atau propinsi menjual ke pemakai langsung.
Dari contoh di atas terdapat 5 tingkat dari jalur distribusi yang harus dilalui sebelum suku cadang tersebut sampai dengan pemakai dengan sejumlah harga yang harus dibayarkan. Jika setiap distributor / tingkat membebankan biaya overhead dan keuntungan sebesar 10% saja dari harga perolehan, maka total dengan 5 tingkat jalur distribusi sederhana saja menjadi 50%. Pemakai harus membayar A + 50% = 150%A (memakai perhitungan sederhana saja). Pada kenyataannya distributor akan membebankan lebih dari 10%, karena tidak akan cukup besaran 10 % sudah termasuk keuntungan dan membiayai overhead.
b. Biaya Overhead untuk masing-masing perusahaan akan berbeda, baik apa saja yang termasuk biaya overhead maupun secara pola pembebanan dan perhitungannya. Semakin besar suatu perusahaan, umumnya biaya overhead yang dibebankan ke harga suku cadang juga semakin besar. Salah satu alasan adalah banyak sekali terjadi ketidak effisienan (pemborosan) disetiap lini organisasi untuk perusahaan besar yang umumnya memakai pola organisasi piramida lancip. Contoh kecil, pada waktu suku cadang datang dari luar negeri memakai packaging yang cukup bagus dan kuat, namun dengan dibuka secara sembarangan untuk mengeluarkan isinya. Pada waktu melakukan pengiriman lagi ke distributor di daerah atau propinsi maka membuat packaging baru lagi karena packaging lama tidak bisa atau tidak mau dipakai lagi. Jadi akan terjadi biaya tambahan untuk pembuatan packaging baru yang berpengaruh ke total biaya overhead. Itu hanya salah satu saja contoh kecil, masih sangat banyak lagi baik contoh kecil maupun besar kejadian pemborosan.
c. Keuntungan dari masing – masing jalur distribusi, maksud disini bukan keuntungan kotor (gross profit) tetapi keuntungan besih (net profit). Mengingat didalam gross profit terkandung di dalamnya biaya overhead. Keuntungan suatu perusahaan merupakan hak dan tujuan dari setiap perusahaan yang bukan bergerak di bidang sosial. Keuntungan bersih selalu dibandingkan dengan total jumlah penjualan dan dengan modal yang dipergunakan oleh perusahaan. Perusahaan selalu menginginkan semakin besar persentasenya agar dapat tumbuh (growth) dan memberikan deviden kepada pemegang saham. Justru umumnya keuntungan kotor sering tergerus atau terkuras oleh biaya overhead yang diakibatkan oleh ketidak effisienan dalam operasional perusahaan, hal ini mengakibatkan penurunan baik persentase maupun jumlah keuntungan perusahaan. Banyak perusahaan agar keuntungan bersih tidak turun atau minimal tetap atau naik baik secara jumlah maupun persentase, maka menaikkan jumlah maupun persentase keuntungan kotor dan akan langsung berdampak dengan naiknya harga jual suku cadang.
Dapat disimpulkan bahwa untuk barang yang sama dengan pabrik pembuat yang sama, harga jual dari beberapa penjual akan berbeda – beda tergantung dengan jumlah tingkat jalur distribusi, biaya overhead (tingkat effisiensi) dan keuntungan yang ingin didapat oleh penjual. Hindari pembeli untuk membayar mahal harga suku cadang dikarenakan mata rantai jalur distribusi yang panjang dan ketidak effisienan dari perusahaan penjual / distributor. Dalam hal ini dibutuhkan orang yang dibagian pembelian yang handal agar membeli suku cadang dengan harga sesuai dengan kualitas yang didapat. Maka perlu menjadi pertimbangan atas komentar dari banyak kalangan pembeli dan pemakai suku cadang, “……. Kalau beli suku cadang fast moving dan medium moving jangan di distributor karena mahal, tetapi membeli barang yang slow moving di distributor karena di penjual non distributor jarang ada stock-nya ….†.
Ditulis oleh : Tractor-Truck.Com