- Kategori: Berita
- Dibuat pada Jumat, 27 Februari 2015 09:32
- Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41
- Ditulis oleh Administrator
- Dilihat: 1294
JAKARTA. Harga komoditas berbasis metal berpotensi menguat di jangka pendek. Menyusutnya indeks dollar Amerika Serikat (AS) dan pertumbuhan manufaktur China dapat mendorong harga komoditas metal.
Data Bloomberg, Rabu (25/2) menunjukkan, harga tembaga pengiriman tiga bulan di Bursa Metal London (LME) ditutup melemah 0,17% menjadi US$ 5.775 per ton. Padahal, sehari sebelumnya, komoditas ini menguat 1,99% ke US$ 5.785 per ton.
Begitu juga harga aluminium yang turun 0,88% menjadi US$ 1.794 per ton. Di hari sebelumnya, komoditas ini menguat 1,06%. Penurunan menular ke nikel juga turun 0,3% ke US$ 14.345 per ton dibanding hari sebelumnya. Tapi dalam sepekan terakhir, harga nikel tumbuh 3%. Sedangkan kemarin harga timah masih bisa naik tipis 0,02% ke US$ 18.130 per ton dibanding penutupan hari sebelumnya.
Faiyaz Hudani, Analis Kotak Commodity Services Ltd., dalam riset 26 Februari 2015 menulis, kemarin tembaga dan aluminium tertekan lantaran para trader di China mulai kembali menjual komoditas ini setelah libur Imlek.
Namun, Ibrahim, Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka mengatakan, harga dua komoditas ini masih berpeluang menguat setidaknya di akhir pekan ini.
Data manufaktur China yang positif menjadi katalis utama harga dua komoditas berbasis metal tersebut. Per Februari 2015, indeks manufaktur China naik ke 50,1 dari bulan sebelumnya yang 49,7. Ini adalah indeks tertinggi dalam empat bulan terakhir. "Sebagai importir terbesar, data ekonomi China menjadi sentimen positif yang mendongkrak harga aluminium dan tembaga," kata Ibrahim..
Data ini mengikis kekhawatiran atas perlambatan ekonomi Tiongkok, yang menjadi salah satu faktor utama penekan harga komoditas metal.
Harga komoditas metal tertahan penguatan dollar AS, seiring rencana The Fed menaikkan suku bunga acuan. Namun, saat penjelasan ke kongres AS, Gubernur The Fed, Jannet Yellen memilih bersikap dovish" dengan menyatakan kenaikan suku bunga tidak akan dilakukan buru-buru, setidaknya dalam dua pertemuan The Fed ke depan.
The Fed mungkin menunggu efek program stimulus ekonomi Bank Sentral Eropa (ECB). Mulai Maret nanti, ECB menggelontorkan stimulus € 80 miliar per bulan guna merangsang pertumbuhan ekonomi Zona Euro.
Pidato Yellen dan data manufaktur China diperkirakan bisa mendongkrak harga komoditas nikel pekan ini. Ibrahim merekomendasi beli aluminium dan tembaga masing-masing di US$ 1.790-US$1.890 per ton dan US$ 5.750-US$ 5.810 per ton.
Wahyu Tri Wibowo, analis PT Central Capital Futures memprediksi, harga timah dan nikal akan menguat masing-masing di US$ 17.850-US$ 18.300 dan US$ 14.000–US$ 14.600 per ton.
Narasumber : kontan.co.id