Tractor-Truck.Com

“Mengapa harus sulit, buang waktu dan biaya serta tenaga untuk mencari Spare Part Alat Berat dan Truk ?”
“Tractor-Truck.Com solusi tepat, cepat, hemat, praktis dan terpercaya mendapatkan Spare Part Alat Berat dan Truk”

 


Kami Tractor-Truck.Com mengucapkan terima kasih atas kunjungannya serta kepercayaan yang telah diberikan oleh Pelanggan yang sudah memanfaatkan fasilitas dan mendapatkan pelayanan dari team marketing kami atas kebutuhan Spare Part, Component & Unit yang berkaitan dengan Alat Berat, Genset & Truk. Bagi para Pengunjung dan Pelanggan Baru juga dapat memanfaatkannya fasilitas ini secara langsung dengan mengirimkan email (klik di sini) marketing@tractor-truck.com atau telpon & sms ke 081288639888 serta facsimile ke 021-85904666.

___________________________ Sudah terbukti serta dapat dipercaya dan diandalkan ___________________________
DAFTAR UNIT YANG DIJUAL



JAKARTA. Prospek harga emas, perak dan paladium masih lesu pada tahun ini. Kian kuatnya sinyal kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) meredupkan pamor ketiga komoditas logam tersebut. Maklum, Rabu (28/1), The Fed menyatakan pertumbuhan ekonomi AS mulai stabil. Ini mengundang keyakinan pelaku pasar bahwa AS akan mengerek suku bunga pada kuartal II tahun ini.

Seperti diketahui, spekulasi yang sama telah berhembus sejak tahun lalu, dan menggerus harga komoditas logam pada 2014. Nah, tren pelemahan (bearish) terlihat masih mendominasi di awal tahun ini. Berikut ulasannya.

Emas

Harga logam mulia ini sempat melejit selama beberapa pekan di Januari 2015. Pemicunya, perekonomian global bergejolak. Dana Moneter International (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan global. Emas diburu sebagai aset aman (save haven), sehingga sempat bertengger di US$ 1.301,7 per troi ons. Ini harga tertinggi sejak Agustus 2014. Namun, laju emas tidak mulus.

Si kuning dihadang penguatan dollar AS. Mengutip Bloomberg Kamis (29/1) pukul 15.51 WIB, emas pengiriman April 2015 di Commodity Exchange turun 0,19% menjadi US$ 1.279,7 per troi ons. Meski demikian, dibanding akhir tahun lalu, harga emas masih naik 8%.

Analis SoeGee Futures Alwy Assegaf menilai, harga emas naik cukup signifikan sebulan terakhir. Gejolak ekonomi global dan geopolitik di Eropa memicu investor mencari save haven. Di Eropa, ketidakpastian merebak mulai dari isu stimulus Bank Sentral Eropa (ECB) hingga kemenangan partai oposisi, Syriza pada pemilu Yunani.

Partai ini anti program bailout. Namun, sepekan terakhir, harga emas kembali terkoreksi. "Pasar mulai beralih dari isu di Eropa ke AS. Pasar menanti hasil FOMC meeting," jelasnya. Meski The Fed tidak memastikan target kenaikan suku bunga, namun pertumbuhan ekonomi AS dinyatakan cukup solid di tengah terpuruknya ekonomi global. Ini memicu otot dollar AS terus menguat, sehingga harga emas tertekan.

Apalagi, ada dugaan prospek suku bunga AS bisa lebih tinggi, setelah The Fed meningkatkan penilaian terhadap ekonomi dan pasar tenaga kerja di AS. Maka, Alwy menduga, koreksi harga emas masih terbuka sepanjang semester I. "Penguatan dollar AS akan terus berlangsung hingga kenaikan suku bunga terjadi. Emas pun memasuki fase bearish," prediksi Alwy. Tapi, koreksi harga tidak akan tajam. Sebab, ketidakpastian di Eropa masih terjadi.

Pemimpin zona Eropa masih renegosiasi dengan Perdana Menteri Yunani yang baru. Nasib bailout Yunani belum jelas muaranya. Alwy menebak, sepanjang semester I-2015, emas bergulir terbatas antara US$ 1.200-US$ 1.340 per troi ons.

Sementara, analis UBS Group AG, Edel Tully dan Joni Teves dalam laporan Kamis (29/1), memprediksi tiga bulan ke depan, si kuning akan bergerak di kisaran US$ 1.200 per troi ons. Kejatuhan emas akan lebih kuat jelang semester II. Sebab, situasi di Eropa akan lebih stabil, sementara dollar AS semakin kuat.

Selain itu, permintaan emas fisik dari China diduga masih lesu seiring pelemahan ekonominya. "Harga emas di akhir 2015 antara US$ 1.130-US$ 1.389 per troi ons," imbuh Alwy.

Perak

Sejalan dengan emas, perak juga masih dihantui sentimen rencana The Fed menaikkan suku bunga. Meski demikian, sebulan terakhir, perak sebenarnya bergerak di luar kondisi normal. Komoditas ini tetap bisa menguat meski dollar AS tengah berjaya.

Data Bloomberg menunjukkan, harga perak akhir tahun lalu diperdagangkan di level US$ 15,59 per troi ons. Memasuki Januari ini, perak merangkak naik hingga sempat menyentuh level tertinggi lima bulan, US$ 18,36 per troi ons.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo mengatakan, penguatan perak di saat dollar AS sedang bullish tidak lazim. Harga komoditas biasanya berkebalikan dengan pergerakan dollar AS. Penguatan perak lebih dipicu gonjang-ganjing perekonomian global dan spekulasi penggelontoran stimulus. Setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengumumkan program stimulus, negara lain seperti China, Kanada dan Selandia Baru juga berpotensi mengikuti jejak serupa.

Nah, di satu sisi, program stimulus ini menekan mata uang negara bersangkutan, sehingga menambah daya bullish dollar AS. Tapi, di sisi lain, program stimulus terutama yang dicanangkan Eropa dan Jepang turut mengerek pasar saham global. Stimulus menambah likuiditas di pasar global. Kenaikan pasar saham memberikan berkah sesaat pada harga emas dan perak. Setelah bursa saham dan dollar naik tinggi, investor mencari instrumen lain yang masih menarik.

"Pilihannya, emas dan perak karena komoditas energi sedang strong bearish," jelas Wahyu. Namun, laju harga perak bersifat sementara. Komoditas ini tetap dibayangi rencana kenaikan suku bunga AS.

Selepas rapat rutin, FOMC meeting, pada Rabu (28/1), The Fed memberikan sinyal positif terhadap perekonomian AS. Ini menjadi sinyal kenaikan suku bunga akan dilakukan pada kuartal II tahun ini. Jika kebijakan tersebut terealisasi bisa langsung menekan harga perak. "Selepas The Fed memberikan sinyal itu saja, perak langsung turun. Apalagi kalau The Fed jadi mengambil kebijakan ini," ujar Wahyu.

Kemarin (29/1) pukul 15.51 WIB, harga perak pengiriman Maret 2015 di Comex turun 1,59% menjadi US$ 17,80 per troi ons. Dengan ancaman tekanan dari The Fed, Wahyu memprediksi, harga perak bisa jatuh hingga ke level US$ 15,00 per troi ons di tahun ini.

Paladium

Berbeda dengan emas dan perak, harga paladium dalam sebulan terakhir relatif stagnan. Mengutip Bloomberg, paladium ditutup pada level US$ 798,40 per troi ons pada akhir 2014. Memasuki Januari 2015, harga mulai bangkit hingga sempat menyentuh US$ 815,70 per troi ons pada 13 Januari 2015. Ini harga tertinggi pada tahun ini. Namun, kenaikan itu tidak bertahan lama.

Paladium selanjutnya bergulir di kisaran sempit US$ 768,25 hingga US$ 796,30 per ons troi. Kamis (29/1) pukul 15.51 WIB, harga paladium pengiriman Maret 2015 jatuh 0,51% ke level US$ 792,25 per troi ons.

Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka Ibrahim menyatakan, sejak awal tahun, paladium dalam tekanan. Sentimen negatif menguat setelah IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China menjadi 6,8% di tahun ini. Sebelumnya, IMF masih optimistis pertumbuhan bisa mencapai 7,1% di 2015.

Proyeksi ini memberatkan paladium mengingat China importir terbesar komoditas ini. Apalagi, kemudian The Fed menegaskan perekonomian AS stabil. Ini sinyal kenaikan suku bunga AS akan terjadi tahun 2015. Akibatnya, dollar kian tangguh. "Investor mengalihkan dana ke dollar AS," jelas Ibrahim.

Ia memperkirakan, paladium bisa merosot ke US$ 600 per troi ons hingga akhir semester I-2015. Namun, koreksi ini bisa dimanfaatkan untuk mengambil posisi beli. Ibrahim yakin, harga paladium akan membaik setelah The Fed menaikkan suku bunga. "Indeks dollar AS akan kembali stabil sehingga ruang penguatan paladium terbuka," terangnya.

Di penghujung tahun ini, Ibrahim memprediksi, harga paladium bisa ditutup di level US$ 900 per troi ons.

Editor: Barratut Taqiyyah


Narasumber : kontan.co.id

 

Anda disini: Home Semua Berita Prospek harga logam masih tak jelas